Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya: Pengalaman PMM 4 Universitas Negeri Gorontalo
Setelah iseng daftar PMM, ikut seleksi, dan akhirnya
dinyatakan lolos, di situlah perjalanan yang paling berwarna dalam hidup
kuliahku dimulai. Aku dikirim ke salah satu kampus di luar pulau tempatku
tinggal, dan selama satu semester penuh, hidupku berubah bukan karena dramatis,
tapi karena aku belajar banyak hal yang nggak bisa didapat dari ruang kelas
biasa.
PMM mempertemukan aku
dengan mahasiswa dari berbagai pelosok Indonesia. Ada yang dari Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, NTT, bahkan Papua. Awalnya, logat kami membuat komunikasi
agak lucu. Tapi justru dari situlah kami mulai saling belajar, bukan hanya
tentang budaya, tapi juga tentang toleransi dan rasa ingin tahu.
Pertama
kali datang ke Gorontalo, rasanya campur aduk. Deg-degan, penasaran, sekaligus
kangen rumah. Tapi semua kekhawatiran itu perlahan hilang saat bertemu
teman-teman baru dari berbagai daerah, disambut ramah oleh warga lokal, dan mulai
mengenal suasana kampus UNG yang hangat dan bersahabat.
Setiap
harinya, aku belajar sesuatu yang baru tentang budaya, bahasa, makanan, bahkan
cara berpikir yang berbeda. Dan justru dari keberagaman itulah, aku mulai
merasa nyaman. Gorontalo, yang tadinya asing, kini terasa seperti rumah kedua.
Salah
satu momen terbaik selama PMM adalah saat menjalani Modul Nusantara.
Modul ini bukan sekadar teori di kelas, tapi betul-betul membawaku menyelami
budaya dan sejarah Gorontalo langsung dari sumbernya.
Kami
diajak ke berbagai lokasi budaya dan sejarah. Dan yang paling membekas bagiku
adalah saat mengunjungi Benteng Otanaha, ikon sejarah Gorontalo yang
berdiri gagah di atas bukit menghadap Danau Limboto.
Saat
menulis blog ini, aku baru benar-benar sadar betapa berharganya momen-momen
itu. Karena kini, PMM sudah berakhir di batch 4. Tidak akan ada PMM 5, tidak akan ada lagi Modul Nusantara. Tidak akan ada lagi
pertukaran mahasiswa yang seindah ini dalam skema Merdeka Belajar.
Dan
aku adalah bagian dari batch terakhir yang merasakannya langsung. Rasanya
seperti menutup lembaran buku yang sangat indah, penuh pelajaran, tawa, dan
cerita.
Kalau
kamu sekarang masih berada di zona nyaman dan takut mencoba hal baru, aku
paham. Aku dulu juga begitu. Tapi satu hal yang aku pelajari dari pengalaman ini adalah:
Beranilah
melangkah, bahkan jika kamu belum tahu apa yang menunggu di ujung jalan. Karena
kadang, keajaiban hidup justru datang dari langkah pertama yang kamu ambil.
Meskipun PMM sudah tidak ada lagi, masih banyak kesempatan lain di luar sana. Kamu hanya perlu berani mencoba.
Kini, aku sudah kembali ke kampus asal. Tapi sebagian hatiku tertinggal di Gorontalo di tangga Benteng Otanaha, di warung makan kampus, di tawa teman-teman dari seluruh Indonesia. Karena meskipun PMM hanya berlangsung beberapa bulan, pelajaran dan kenangannya akan terus hidup di dalam diriku.
Bertukar memang sementara, tapi maknanya… selamanya.
Komentar
Posting Komentar